Dunia pendidikan kembali berduka. Kasus perlawanan 'siswa durhaka' terhadap Guru Budi telah berujung kematian sang Guru akibat didzolimi dan dianiaya sang siswa. Peristiwa ini harus menggugah hati para pendidik anak-anak negeri.
Saatnya semua Guru sebagai Pendidik lebih menyadari lalu beraksi secara nyata dengan masing-masing ambil peran nyata sebagai "Pendidik". Moment ini harus diolah untuk menampakkan kewibawaan Guru dihadapan siswa bahwa Guru sekolah-sekolah Muhammadiyah siap mengawal anak-anak negeri menjadi generasi yang bermartabat, berperadaban dan berkemajuan". Minimal diawali dg lahirnya sikap dan tindakan nyata sang pendidik anak-anak negeri, untuk lebih peduli terhadap anak-anak didik yg menunjukkan gejala perilaku negatif sekecil apapun (termasuk peduli shalat mereka, akhlak pergaulan mereka, sikap hormatnya terhadap orang tua dan guru) dengan cara-cara sebagaimana dicontohkan oleh akhlak Rasulullah SAW. sebelum jatuh korban guru-guru Budi yang lainnya.
Ini sebenarnya masalah serius. Mungkin diawali dengan berinisiatif membangun komunikasi/dialog dengan anak-anak dan orang tua/wali siswa agar mereka sadar dan peduli betapa pentingnya membangun karakter anak-anak bangsa dalam proses pendidikan, sebagai modal utama menuju bangsa mandiri, bermartabat dan berkemajuan.
Sebagimana pesan yang disampaikan oleh Bpk. Prof. Daelamy, bahwa guru-guru di sekolah -sekolah Muhammadiyah memikul amanat utk mengerakkan menggembirakan dakwah Islam amar makruf nahi mungkar di lingkungan sekolah, menuju sekolah unggulan. * Pegiat Pendidikan Muhammadiyah Pati
Guru sebaiknya pernah berdialog dengan siswa secara individual, secara personal, sehingga siswa merasa diorangkan, merasa pernah diajak berdialog.
ReplyDeleteGood solusi...
ReplyDelete